Lexy: Warisan Thom Beanal Perdamaian Tanah Papua


Timika, KontenMimika.com – Kesedihan mendalam atas wafatnya salah satu tokoh besar pemimpin Papua, Thomas Beanal atau yang akrab dipanggil Thom Beanal. Kabar duka ini menyelimuti Tanah Papua, lebih khusus bagi Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang menjadi tempat kelahiran Thom Beanal.

Thom meninggal di rumah sakit di Singapura pada Senin 29 Mei 2023, akibat serangan jantung. Jenazah Thom diboyong ke Mimika dan disemayamkan di Keuskupan Timika untuk selanjutnya akan dikebumikan di Mile 32.

Ketua Badan Kehormatan DPRD Mimika, Lexy David Linturan, mengaku mengenal dengan baik sosok Thom Beanal, pendiri Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) di Timika itu.

Lexy yang saat itu tengah bekerja di Freeport menjalin pertemanan dengan Thom yang saat itu sudah purna bhakti sebagai Anggota DPRD Kabupaten Fakfak dan pulang ke Timika.

Pertemanan yang terjalin menjadi persahabatan, sehingga Thom tak enggan mempercayakan anak keduanya, Flora, tinggal bersama keluarga Lexy di Jakarta selama 3 tahun, yaitu saat Flora menempuh pendidikan STM Penerbangan kala itu.

Ia menyebut Almarhum Thom Beanal sebagai sosok negarawan yang baik, yang mengedepankan solusi perdamaian dalam setiap konflik yang muncul. “Sosok Thom Beanal orangnya bersahaja, humoris, adem, cinta damai, peduli dan tidak ingin bermusuhan. Saya berkenalan dengan Thom saat tahun 1992, waktu itu saya kerja di Freeport bagian Security. Thom kembali dari Fakfak setelah selesai jadi Anggota DPRD,” kenang Lexy saat dijumpai wartawan, Jumat (01/06/2023).

Lagi katanya, dirinya dan Thom juga terlibat peristiwa penting bersama, yaitu saat penanda-tanganan MoU antara Freeport dan pemilik hak ulayat Suku Amungme dan Kamoro, yaitu dana 1 persen yang diperjuangkan Thom Beanal dan kawan-kawan.

“Ketika MoU dibuat di New Orleans (Amerika) tanggal 13 Juni 2000, saya ikut tanda tangan. Jadi yang tanda tangan itu ada almarhum ketua Lemasko Yakob Omiwena, Thom Beanal sebagai ketua Lemasa, lalu Priadi Santoso dan saya, serta pemilik Freeport Mister Moffat, disaksikan Richard Adkerson yang sekarang jadi presiden Freeport,” bebernya.

Menurutnya, setelah MoU itu dilakukan, terjadi pembangunan yang besar-besaran di Mimika. Freeport membangun rumah-rumah masyarakat, sekolah, pasar, gereja dan lainnya. Ini merupakan karya Thom, sebagai buah dari perjuangan Thom Beanal bagi masyarakat pemilik hak ulayat adat daerah tambang PT. Freeport Indonesia.

“Thom juga sangat peduli lingkungan, maka lokasi di luar Freeport dinamakan Taman Lorentz, ini karena gagasan dia. Karena dia sering berkomunikasi dengan Walhi, Antam, Belanda, PBB di Eropa untuk membicarakan hal ini,” ungkapnya.

Thom yang merupakan seorang guru itu juga menjadi tumpuan harapan masyarakat Papua di jamannya. Saat pertemuan 100 orang perwakilan Papua ketemu dengan Presiden Habibie pada tahun 1999 di Jakarta, Thom-lah ketuanya. Thom menyampaikan permintaan merdeka di hadapan Presiden.

Permintaan itu menurut Lexy, terjadinya karena pembangunan yang tidak merata, sehingga diperjuangkan Thom Beanal dan akhirnya terjadi kesejajaran antara Freeport dan pemilik ulayat adat Amungme dan Kamoro.

Lexy yang sudah tinggal di Timika sejak tahun 1982 itu menuturkan, puncak ketokohan Thom Beanal pada tahun 2002, saat dilakukan Kongres Papua 2 di Jayapura. Di mana Thom terpilih menjadi Wakil Presidium Dewan Papua mendampingi Theys Eluay.

“Suasana sangat panas namun dengan ademnya, dia (Thom) mau tidak ada konflik yang berdarah-darah. Harus ada komunikasi, harus ada dialog. Konflik jangan buntu, harus ada solusi,” sebut Legislator asal Partai Demokrat itu.

Lanjut Lexy, 5 tahun belakangan ini kesehatan Thom terganggu dan mendapat fasilitas kesehatan dari Freeport sehingga dibawa berobat ke New York, Amerika, dan ke Singapura.

“Pak Thom mulai ada gangguan kesehatan, jantung dan diabetes sampai pengaruh ke mata. Hampir 5 tahun Freeport tangani dia untuk kesembuhannya ke New York dan Singapura. Tapi ya, itulah kehendak Tuhan. Dia bisa beristirahat dengan damai,” ujarnya.

Lexy berharap generasi penerus Tanah Papua terinspirasi dengan jejak hidup Thom Beanal yang terus membawa perdamaian di atas ‘surga kecil jatuh ke bumi’ ini.

“Generasi kedua sepeninggal Thom ada Piet Magal, Yunus Omabak, Yanes Natkime, Eltinus Omaleng, Anthon Bukaleng, Gerry Okoware dan tokoh-tokoh muda lainnya. Kita juga berharap generasi ketiga yang semakin melek dengan pendidikan, mereka semua dapat terinspirasi dari Thom Beanal,” harapnya.

Thom Beanal dianggapnya telah meninggalkan warisan yang perlu dijaga generasi penerus, baik di Tanah Papua, maupun di Mimika.

“Dia sudah meninggalkan warisan yang sangat baik, warisan itu adalah keamanan, kedamaian, menghormati, menghargai dan mengasihi. Serta kesetaraan dan kesejajaran,” tandasnya. (Tra)

Berita Terkait

Top